Gapuro Notobroto Ndalem Krajan,Simbol Gerbang Menuju Kawasan Masa Depan Cerah,Makmur,Gemah Ripah Loh Jinawi

Oleh : KRT. Mohammad Sofyan Pradotodipuro

Kab.Semarang|ONTOSENO.COM-Gapuro RM.Noto Broto
Adalah gapuro yang dibangun untuk memasuki bangsal ndalem Krajan, Plumbon, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Gapuro ini memiliki makna filosofi sebagai struktur bangunan yang merupakan pintu masuk atau gerbang menuju ke ndalem Krajan.

Gapura dengan condro sengkolo Sangkalan :
Pandawa Jumangkah Tumengeng ing Paningal ini dibangun sebagai suatu simbol gerbang menuju kawasan masa depan yang cerah, makmur, gemar ripah loh jinawi dan sukses bagi keluarga, kerabat, masyarakat nusa dan bangsa.

Bangunan gapura di bangun dengan struktur yang tinggi kokoh menjulang yang berbahan batu andesit dengan struktur yang bertrap trap menyerupai candi yang melambangkan Cipta (pikiran yang jernih), Rasa (hati yang tulus), dan Karsa (Tekad yang bulat). Bangunan gapura ini sebagai pralambang arsitektur budaya Jawa – Nusantara yang adi luhung.

Gapura RM. Notobroto ini dibangun sebagai replika gapura Kraton Plered kerajaan Mataram di era Prabu Amangkurat Agung yang dalam catatan sejarah juga menurunkan Pangeran Notobroto, sehingga pembangunan gapura ini adalah manifestasi jejak sejarah masa lalu sekaligus manifestasi konsepsi _mikul duwur mendem jero_ untuk mengenang kemuliaan para leluhur karenanya Gapura ini diberi nama Gapura *RM. NOTOBROTO*

Kata Gapura jika ditranskrip dengan bahasa Arab ‘ghafura’ (Al-gaffar) yang berarti Yang Maha Pengampun. Dengan demikian dapat dipersepsikan dengan memasuki gapura ini harapanya adalah dapat menemukan kesenangan, kegembiraan, kenyamanan dan seluruh rasa yang memberikan ketenangan batin. Akan terlepas semua rasa kegelisahan, ketidaknyamanan dan perasaan khawatir yang dapat membawa rasa tidak nyaman.

Gapura adalah karya kreatif yang terbangun atas fondasi dari penggagas yaitu RM. Ir. Yoyok Prasetyo yang telah menjelajahi berbagai kepekaan dalam pengalaman maupun spiritual. Dalam kecermatan melihat sesuatu dalam bentuk fisis dan non-fisis dalam kacamata kedalaman perenungan.

Pembangunan Gapura ini bagi RM. Yoyok Prasetyo pada hakekatnya merupakan visi tafsir yang tidak lahir begitu saja. Tetapi lebih dari itu sebagai wujud kontemplasi perjalanan batin yang diakrabinya secara intens selama bertahun-tahun tahun.

Pembangunan Gapura ini juga merupakan manifestasi atas sisi fitah manusia yang hendaknya mampu mengendalikan hawa nafsu, ikhlas menerima pemberian Tuhan dan mengetahui hukum alam.

Setelah melewati gapura maka akan sampai pada ndalem karajan yang terdapat bangunan tinggi di tengah tengah pelataran yang disebut sebagai *Bangsal Prasetyo* yang merupakan kiasan atas Siti Hinggil Binoto Waroto. Yang artinya jika di bangunan Keraton Jawa disebut Siti Bintar.

Disebelah timur ada bangunan yang bertajuk Bangsal Parikesit sebagai ruang bagi keluarga dan kerabat yang hendak istirahat sedangkan di belakang sebelah barat Bangsal Prasetyo berdiri bangunan Tajuk yang diberi nama langgar Minang Qolbu.

Semua lenskap bangunan ini dikelola melalui *Yayasan Abhaya Ndalem Krajan* yang merupakan badan hukum yang bergerak pada pengembangan dan pelestarian budaya dengan misi menjadikan tradisi kebudayaan dan kearifan lokal sebagai ideologi strategi pembangunan jati diri bangsa indonesia

Sedangkan Ndalem Krajan adalah rumah kebudayaan sebagai sekretariat untuk merealisasikan program program kebudayaan dengan dipelopori oleh RM. Ir Yoyok Prasetyo.

Sepi ing pamrih, rame ing gawe – Gliyak-gliyak tumindak, sareh pakoleh – Mikul dhuwur mendhem jero

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *